WARUNG BACA RATNA INDRASWARI IBRAHIM
- Membaca, Panjatkan Doa untuk Sang Pujangga
Seputar Indonesia, Senin, 16 July 2012
MALANG.
Sepeninggal sang pujangga, rumah yang selama ini menjadi rumah gadang,tempat berkumpul,berdiskusi, belajar bersama,atau sekadar bercerita tentang banyak hal tersebut, sempat sepi.Buku buku di dalam kamar itu juga sempat merana karena tak ada lagi jari-jari yang membuka lembaran halamannya. Rasa gelisah dan kangen untuk menemukan kembali sudut kritis di antara gemerlap kota, menjadikan para sahabat Ratna berupaya kembali menengok, menoleh,dan mengunjungi ruang kamar tempat jutaan ide dan gagasan cerdas mengalir.
Dari rasa gelisah yang sama dan kebutuhan untuk menciptakan kembali ruang kritis atas kota yang mulai banyak kehilangan nurani tersebut, para sahabat Ratna,atas seizin keluarga Ratna,akhirnya membuka kembali aktivitas di dalam kamar yang merupakan bagian dari Rumah Budaya Ratna Indrswari Ibrahim di Jalan Diponegoro No 3 Kota Malang.” Bagi kami,tidak banyak doa yang bisa kami panjatkan. Namun,membuka kembali kamar dan membiarkan banyak orang belajar dari buku koleksi di kamar ini,juga merupakan bagian panjatan doa buat MbakRatna,”ujar Iman.

Ruang kamar dan sebagian ruang tamu yang ada di depan kamar tersebut,disulap menjadi sebuah perpustakaan,museum, serta warung tempat banyak orang berkumpul.Warung tempat orang menikmati kopi atau teh dan duduk berlama-lama untuk berbincang, bercengkrama, berdiskusi, serta membaca. Jadilah sebuah warung, yakni Warung Baca Ratna. Warung,kata Iman menjadi pilihan,karena sangat dekat dengan banyak orang.Banyak aktivitas di dalamnya.
Saat berkumpul dan beraktivitas,mereka juga mencerdaskan diri lewat membaca.Membaca semua koleksi milik Mbak Ratna. Selain warung,juga hadir ruang baca di dunia maya melalui websitewww.rumahratna.com. Di dalamnya tersedia banyak tulisan karya Ratna. Bukan sebatas warung saja, kata Iman,semua akan lebih dikembangkan dalam banyak hal.Rumah itu kembali difungsikan sebagai rumah gadang, tempat berkumpulnya banyak orang.Layaknya jiwa pluralistik atau pelangi yang selalu menyemangati dalam setiap karya yang dibangun sang pujangga.
Sahabat Ratna lainnya, Slamet Yudianto yang juga akrab disapa Clatem mengaku, dahulu setiap orang bisa datang dan membaca buku yang ada di dalam kamar,karena langsung diawasi pemiliknya. Kini,butuh manajemen di dalam Warung Baca Ratna agar keberadaan buku-buku itu tetap terjaga. Sangat disayangkan kalau buku-buku itu hanya merana di antara rak-rak kayu yang pengap.Tanpa ada lagi yang mengambil,membuka dan menyimaknya.
Warung Baca Ratna,kata dia,diharapkan bisa membuat semuanya kembali belajar bersama,berdiskusi bersama,dan menciptakan ruang kritis tempat tesis dan antitesis bertemu.Menemukan sintesa dalam kebinekaan dan indahnya warna pelangi. Clatem menyebutkan,ada sekitar 3.000 judul buku yang tersedia di dalam Warung Baca Ratna.
Jumlah ini bisa semakin bertambah,saat para sahabat Ratna terus menambah koleksi di dalam warung.”Di sini semuanya bisa membaca dan belajar bersama,seperti MbakRatna mengajak semuanya untuk membaca dan terus belajar,”tuturnya.
(YUSWANTORO Malang)
Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/index2.php?option=com_content&task=view&id=511265&pop=1&page=0
- Membaca, Panjatkan Doa untuk Sang Pujangga
Seputar Indonesia, Senin, 16 July 2012
MALANG.
Seberkas cahaya mentari menembus terang dari balik jendela
kaca.Cahayanya menyelinap menerangi ruangan kamar yang penuh berisi
buku.Buku-buku itu tertata rapi di dalam rak kayu kuno yang masih
terlihat kokoh.
Ruangan kamar menyalakan sinar terang semangat sang penghuninya.Semangat membara untuk terus gemar membaca dan menulis.Membuka cakrawala dunia melalui setiap lembar halaman buku. Semangat yang selalu dibangun pemilik kamar,Ratna Indraswari Ibrahim. Kini sang pujangga itu sudah tiada.Bahkan, sudah meninggalkan para sahabat, penggemar,dan ruang kamarnya untuk selamanya,setahun lalu.
Namun,semangatnya tak pernah redup.Semangat membaca, menulis,dan jiwa pluralistiknya tetap hidup untuk diresapi dan diamalkan. Di dalam ruang kamar berukuran sekitar 20 meter persegi (m2) tersebut,tampak dua sahabat Ratna,Iman Suwongso dan Demsi Danial yang terlihat sibuk menata dan memasang sejumlah foto Ratna semasa hidupnya.Foto berukuran besar dengan didominasi warna hitam putih itu juga merupakan sumbangan dari para sahabatnya.
”Ini dipasang di sini saja ya.Nanti di atasnya baru dipasang foto yang lainnya,” ujar Demsi Danial yang langsung diiyakan Iman. Satu persatu foto terpampang rapi,menarik,dan menunjukkan semangat dari sang pujangga.Foto terpasang begitu artistik,layaknya diorama dalam sebuah museum.Tepatnya museum kamar,menemani ribuan buku bacaan yang berdiri berjajar di antara sekat- sekat rak kayu.”Buku-buku ini tetap akan bisa dibaca oleh siapapun juga. Namun, butuh penataan,”kata Iman.
Ruangan kamar menyalakan sinar terang semangat sang penghuninya.Semangat membara untuk terus gemar membaca dan menulis.Membuka cakrawala dunia melalui setiap lembar halaman buku. Semangat yang selalu dibangun pemilik kamar,Ratna Indraswari Ibrahim. Kini sang pujangga itu sudah tiada.Bahkan, sudah meninggalkan para sahabat, penggemar,dan ruang kamarnya untuk selamanya,setahun lalu.
Namun,semangatnya tak pernah redup.Semangat membaca, menulis,dan jiwa pluralistiknya tetap hidup untuk diresapi dan diamalkan. Di dalam ruang kamar berukuran sekitar 20 meter persegi (m2) tersebut,tampak dua sahabat Ratna,Iman Suwongso dan Demsi Danial yang terlihat sibuk menata dan memasang sejumlah foto Ratna semasa hidupnya.Foto berukuran besar dengan didominasi warna hitam putih itu juga merupakan sumbangan dari para sahabatnya.
”Ini dipasang di sini saja ya.Nanti di atasnya baru dipasang foto yang lainnya,” ujar Demsi Danial yang langsung diiyakan Iman. Satu persatu foto terpampang rapi,menarik,dan menunjukkan semangat dari sang pujangga.Foto terpasang begitu artistik,layaknya diorama dalam sebuah museum.Tepatnya museum kamar,menemani ribuan buku bacaan yang berdiri berjajar di antara sekat- sekat rak kayu.”Buku-buku ini tetap akan bisa dibaca oleh siapapun juga. Namun, butuh penataan,”kata Iman.
Sepeninggal sang pujangga, rumah yang selama ini menjadi rumah gadang,tempat berkumpul,berdiskusi, belajar bersama,atau sekadar bercerita tentang banyak hal tersebut, sempat sepi.Buku buku di dalam kamar itu juga sempat merana karena tak ada lagi jari-jari yang membuka lembaran halamannya. Rasa gelisah dan kangen untuk menemukan kembali sudut kritis di antara gemerlap kota, menjadikan para sahabat Ratna berupaya kembali menengok, menoleh,dan mengunjungi ruang kamar tempat jutaan ide dan gagasan cerdas mengalir.
Dari rasa gelisah yang sama dan kebutuhan untuk menciptakan kembali ruang kritis atas kota yang mulai banyak kehilangan nurani tersebut, para sahabat Ratna,atas seizin keluarga Ratna,akhirnya membuka kembali aktivitas di dalam kamar yang merupakan bagian dari Rumah Budaya Ratna Indrswari Ibrahim di Jalan Diponegoro No 3 Kota Malang.” Bagi kami,tidak banyak doa yang bisa kami panjatkan. Namun,membuka kembali kamar dan membiarkan banyak orang belajar dari buku koleksi di kamar ini,juga merupakan bagian panjatan doa buat MbakRatna,”ujar Iman.

Ruang kamar dan sebagian ruang tamu yang ada di depan kamar tersebut,disulap menjadi sebuah perpustakaan,museum, serta warung tempat banyak orang berkumpul.Warung tempat orang menikmati kopi atau teh dan duduk berlama-lama untuk berbincang, bercengkrama, berdiskusi, serta membaca. Jadilah sebuah warung, yakni Warung Baca Ratna. Warung,kata Iman menjadi pilihan,karena sangat dekat dengan banyak orang.Banyak aktivitas di dalamnya.
Saat berkumpul dan beraktivitas,mereka juga mencerdaskan diri lewat membaca.Membaca semua koleksi milik Mbak Ratna. Selain warung,juga hadir ruang baca di dunia maya melalui websitewww.rumahratna.com. Di dalamnya tersedia banyak tulisan karya Ratna. Bukan sebatas warung saja, kata Iman,semua akan lebih dikembangkan dalam banyak hal.Rumah itu kembali difungsikan sebagai rumah gadang, tempat berkumpulnya banyak orang.Layaknya jiwa pluralistik atau pelangi yang selalu menyemangati dalam setiap karya yang dibangun sang pujangga.
Sahabat Ratna lainnya, Slamet Yudianto yang juga akrab disapa Clatem mengaku, dahulu setiap orang bisa datang dan membaca buku yang ada di dalam kamar,karena langsung diawasi pemiliknya. Kini,butuh manajemen di dalam Warung Baca Ratna agar keberadaan buku-buku itu tetap terjaga. Sangat disayangkan kalau buku-buku itu hanya merana di antara rak-rak kayu yang pengap.Tanpa ada lagi yang mengambil,membuka dan menyimaknya.
Warung Baca Ratna,kata dia,diharapkan bisa membuat semuanya kembali belajar bersama,berdiskusi bersama,dan menciptakan ruang kritis tempat tesis dan antitesis bertemu.Menemukan sintesa dalam kebinekaan dan indahnya warna pelangi. Clatem menyebutkan,ada sekitar 3.000 judul buku yang tersedia di dalam Warung Baca Ratna.
Jumlah ini bisa semakin bertambah,saat para sahabat Ratna terus menambah koleksi di dalam warung.”Di sini semuanya bisa membaca dan belajar bersama,seperti MbakRatna mengajak semuanya untuk membaca dan terus belajar,”tuturnya.
(YUSWANTORO Malang)
Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/index2.php?option=com_content&task=view&id=511265&pop=1&page=0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar